Evaluasi Implementasi Pendekatan Pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog Kudus




EVALUASI IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP 1 GEBOG KUDUS

Abstrak

Tujuan pendidikan IPS difokuskan untuk menjadi social studies dan civic education. Pembelajaran IPS hanya dilihat dari segi akademik saja belum dilihat dari segi tujuan IPS sesuai dengan hakikat IPS. Sehingga tujuan IPS dari segi social studies dan civic education belum ada. Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan & menganalisis strategi pembelajaran IPS, implementasi pendekatan pembelajaran IPS, dan keefektifan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog. Pendekatan penelitian yaitu kualitatif. Desain penelitian menggunakan penelitian evaluatif model CIPP. Hasil penelitian disimpulkan bahwa evaluasi implementasi pendekatan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog sudah berjalan dengan baik terutama dari segi akademik siswa. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPS berupa ceramah bervariasi, tanya-jawab, diskusi. Guru IPS di SMP 1 Gebog mempergunakan pendekatan pembelajaran IPS yaitu integrated, correlated, dan separated. Penggunaan pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS yang akan disampaikan, tujuan yang akan dicapai, dan kondisi siswa dikelas. Efektivitas yang didapat selama implementasi pendekatan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog sudah baik, terbukti dengan hasil ulangan para siswa diatas nilai KKM. Karakter yang siswa diharapkan menjadi warga negara yang baik dan bisa memecahkan permasalahan disekitarnya.


PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. IPS menurut Daljoeni (1993: 7), sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi. National Council for the Social Studies (NCSS) menjelaskan bahwa studi sosial adalah objek dasar dari kurikulum yang berisikan materi sejarah, ilmu-ilmu sosial, humaniora dan ilmu pengetahuan, yang diajarkan berdasarkan pengalaman pribadi, sosial, dan budaya sesuai perkembangan peserta didik.
Tujuan pendidikan IPS tersebut seperti yang ditulis oleh Pramono (2013:17-18), terdapat 2 istilah yang diadaptasi dan diterjemahkan dalam IPS yakni social studies dan citizenship education/civic education. IPS dilihat dari social studies bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah sosial terutama masalah kehidupan manusia. Sedangkan IPS dilihat dari citizenship/civic education adalah bertujuan untuk membentuk peserta didik agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu berperan secara aktif dan efektif dalam kehidupan masyarakat yang demokratis.
Pembelajaran IPS di sekolah dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan pembelajaran IPS yaitu pendekatan integrated, correlated, dan  separated. Pendekatan yang pertama, integrated yaitu cara pengorganisasian dan penyajian materi pembelajaran menggambarkan pokok bahasan atau masalah tertentu yang dikaji sebagai satu kesatuan yang utuh. Tujuan dari pendekatan integrated, peserta didik lebih diarahkan kepada pengenalan konsep untuk kehidupan pribadi peserta didik dan upaya membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. Serta meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami permasalahan disekitarnya yang dibatasi konteks lokal dan sederhana.
Sapriya (2012:200), menjelaskan mengenai pembelajaran IPS menggunakan pendekatan correlated berarti materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata (factual/real). Melalui pembelajaran IPS peserta didik diarahkan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Selain itu, peserta didik dapat memahami alasan mengapa dirinya harus menjadi warga negara yang baik dan memahami permasalahan masyarakat baik lokal, nasional, regional, ataupun global.  
Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan separated merupakan cara penyajian materi berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Pembelajaran IPS dilaksanakan dengan mengintegrasikan bidang studi sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi-antropologi. Tujuan pendekatan pembelajaran ini agar peserta didik dapat memahami secara mendalam setiap pokok bahasan yang dikaji.
Perkembangan pembelajaran IPS sebagian besar dipengaruhi oleh guru. Guru IPS dituntut untuk lebih professional. Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga dapat membimbing siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan mendapat pembelajaran yang menyenangkan, mempunyai makna dan mutu. Setiap saat guru di dorong untuk meningkatkan kompetensinya melalui berbagai bahan bacaan, seminar, dan juga penelitian (Ahmadi 2011:6). Nilam (2003) dalam penelitian yang berjudul “Guru, Kerja dan Sekolah di Bali” menjelaskan mengenai reformasi pendidikan di Indonesia, dimana agen yang potensial dalam perubahan sistem pendidikan nasional adalah guru. Guru tidak hanya berperan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Kebutuhan pendidikan antara satu wilayah dengan wilayah lain itu berbeda-beda tergantung dari kondisi sosial masyarakat setempat.
SMP 1 Gebog berada di lereng gunung Muria dan dekat dengan pabrik rokok Sukun. Hal tersebut menyebabkan kondisi sosial masyarakat sekitar sekolah menjadi beragam dengan persoalan-persoalan yang beragam pula. Guru IPS yang mengajar di SMP 1 Gebog berjumlah 4 orang yang berasal dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Dua orang guru berkompeten di bidang sejarah, sedang yang lainnya berkompeten di bidang geografi dan juga ekonomi. Tentu di sini guru akan mengalami beberapa kendala-kendala mengingat guru dengan latar belakang pendidikan satu disiplin ilmu akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian disiplin ilmu-ilmu sosial.
Pembelajaran IPS yang dilakukan di SMP 1 Gebog mengandalkan guru untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Fasilitas yang diberikan kepada peserta didik sama, yang membedakan itu fasilitas di kelas. Fasilitas di kelas H lebih lengkap dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain, terdiri dari adanya audio berupa speker, LCD, kipas angin. Memang dari segi kualitas, peserta didik di kelas H lebih baik dibanding kelas yang lainnya. Walapun fasilitas di kelas yang lain terbatas tetapi hal ini tidak menghalangi guru untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik.
Salah satu wadah yang diharapkan dapat mengembangkan profesionalitas dan kompetensi guru adalah berbagai program pelatihan. Namun kenyataannya, pelatihan-pelatihan tersebut kurang, bahkan pelatihan yang berhubungan dengan IPS kaitannya mengenai pengorganisasian materi IPS, metode yang dipakai, dan evaluasi pembelajaran IPS belum ada.  Utomo (2002:56-68) memandang bahwa kebijakan-kebijakan mengenai pelatihan bagi guru SMP dan peningkatan kualitas pendidikan sudah terencana, namun pada kenyataannya pelatihan-pelatihan bagi guru SMP masih belum optimal. Keterbatasan bahan ajar IPS yang ada di sekolah juga menjadi permasalahan.
Selama ini evaluasi yang dilakukan di SMP 1 Gebog sebatas pelaksanakanaan pembelajaran IPS dan nilai dari segi akademik. Evaluasi mengenai implementasi pendekatan pembelajaran IPS belum dilaksanakan. Pembelajaran IPS hanya di lihat dari segi akademik saja berupa ketercapainya, dan pengetahuan IPS belum dilihat dari segi tujuan IPS sesuai dengan hakikat IPS. Berdasarkan hal-hal tersebut sangat menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap permasalahan tersebut.
Mencermati paparan diatas, masalah yang mendasar adalah bagaimana strategi pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru IPS, implementasi pendekatan pembelajaran IPS, serta keefektifan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan dan menganalisis strategi pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru IPS di SMP 1 Gebog, (2) mendiskripsikan dan menganalisis mengenai implementasi pendekatan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog, (3) mendiskripsikan dan menganalisis keefektifan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang dipergunakan yaitu kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005:4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Evaluasi implementasi menurut Patton (2006: 37-38) adalah untuk mengetahui keefektifan suatu program yang sudah diterapkan. Desain penelitian evaluatif dengan menggunakan model penelitian CIPP Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stuefflebeam di Ohio State University. CIPP terdiri dari empat komponen, yakni Conteks terdiri dari tujuan pendekatan pembelajaran IPS, Input meliputi strategi guru menguasai pendekatan pembelajaran IPS, strategi pembelajaran IPS yang dilakukan guru-guru IPS  dalam menguasai materi, kesiapan siswa menerima pembelajaran IPS, dan pemahaman siswa mengenai IPS, Process berfokus pada implementasi pendekatan pembelajaran IPS di kelas, serta Product berkaitan dengan kompetensi peserta didik sesuai dengan tujuan IPS.
Sumber data penelitian yang dipakai adalah: (1) proses meliputi implementasi pendekatan pembelajaran IPS yang sedang berlangsung di kelas, (2) informan atau narasumber terdiri dari guru mata pelajaran IPS SMP 1 Gebog, siswa SMP 1 Gebog, kepala sekolah SMP 1 Gebog., (3) arsip dan dokumen mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog Kudus, berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tahun pelajaran 2015/2016, data jumlah peserta didik di SMP 1 Gebog, dan daftar nilai mata pelajaran IPS tiap kelas.
Teknik keabsahan data mempergunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model interaktif analisis data meliputi reduksi data meliputi hal-hal yang dilakukan pada saat perencanaan pembelajaran, pemilihan materi, penyampaian materi, pemilihan metode, penggunaan metode dan evaluasi pembelajaran, penyajian data terdiri dari strategi pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru, Pelaksanaan implementasi pendekatan pembelajaran IPS, keefektifan pembelajaran IPS kaitannya mengenai sejauh mana tujuan pembelajaran IPS dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi-strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru IPS yang pertama seorang guru harus menguasai materi pembelajaran yang akan diajarkan dan kalau perlu guru mencari materi tambahan untuk mendukung materi IPS yang akan disampaikan. Langkah yang kedua adalah mengkondisikan peserta didik supaya siap untuk menerima pembelajaran yang akan diberikan. Langkah tersebut dilakukan supaya materi yang akan disampaikan nantinya tepat sasaran sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai secara maksimal. Langkah yang selanjutnya yaitu ketrampilan guru dalam mengemas dan menyampaikan materi IPS kepada peserta didik. RPP yang dibuat oleh guru IPS pada saat implementasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik.
Rencana kegiatan pembelajaran tiap guru IPS hampir sama, yang berbeda itu pada tahapan inti. Tahapan inti, tiap guru melakukan dengan metode dan pendekatan yang berbeda-beda tergantung cara atau pola yang dimiliki oleh masing-masing guru dalam melakukan pembelajaran. Tahap ini tiap guru memiliki kesamaan yaitu mempergunakan metode ceramah, tanya-jawab, dan diskusi. Tahapan terakhir berupa penutup dilakukan dengan memnyimpulkan hasil akhir pertemuan dan memberikan tugas rumah kepada peserta didik. Guru-guru IPS di SMP 1 Gebog lebih membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya secara akademik tetapi secara karakter juga. Penanaman karakter ini disisipkan pada saat implementasi pembelajaran IPS dikelas nantinya.
Pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog sebatas penyampaian secara akademik berupa penyampaian ilmu pengetahuan. Memang nilai akademik yang dicapai oleh peserta didik baik, tetapi tujuan IPS yang sesuai dengan hakikat pendidikan IPS belum tercapai. Penyampaian itu terbatas pada tercapainya pemahaman peserta didik dalam menerima materi dan tercapainya nilai sesuai KKM yang dicapai oleh peserta didik. Padahal tujuan IPS tidak hanya berhenti sampai disitu saja tetapi terdapat tujuan selanjutnya yaitu menjadi manusia yang peka terhadap permasalahan-permasalah disekitarnya dan tidak hanya menjadi warga negara yang baik tapi juga memahami alasan-alasan dibalik menjadi warga negara yang baik. 
Pendekatan pembelajaran IPS ada tiga yaitu pendekatan integrated, correlated dan juga separated. Masing-masing pendekatan mempunyai cara dan tujuan yang berbeda-beda. Pembelajaran yang ada di SMP 1 Gebog lebih banyak kearah pengaitan. Tapi terkadang juga terpadu dan berdiri sendiri tergantung pada materi atau pokok bahasan yang akan dibahas. Pada RPP yang dibuat oleh guru-guru IPS di SMP 1 Gebog belum terlihat kearah mana pendekatan yang akan mereka lakukan. Pendekatan pembelajaran dapat terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Context berisikan tujuan pembelajaran dengan pendekatan yang dipakai dimana relevansi antara tujuan pembelajaran dengan pendekatan yang dipakai. Selain itu berisikan alasan memakai pendekatan tersebut. Pendekatan yang dipakai di SMP 1 Gebog adalah pendekatan integrated, correlated, dan juga separated. Pendekatan integrated lebih ditekankan pada materi kelas 7 dan juga kelas 8. Hal ini dikarenakan kelas 7 merupakan peralihan dari SD ke SMP sehingga masih berupa mengenal lingkungan sekitar yang dihubungkan dengan materi IPS sesuai yang terdapat di kelas 7.  Walaupun terdapat kekurangan dengan menggunakan implementasi pendekatan integrated yakni sumber belajar harus lebih bervariasi selain buku-buku penunjang yang sudah di sediakan, guru dituntut untuk lebih aktif dan juga menguasai konsep yang akan diajarkan.
Implementasi pendekatan IPS yang ada di kelas 8 dan juga kelas 9 adalah correlated dan juga separated. Alasan pemilihan pendekatan correlated adalah untuk menghemat waktu terutama bagi kelas 9 yang harus menggulang materi dari kelas 7 sampai kelas 9. Selain itu dengan penggunaan pendekatan correlated, peserta didik dapat lebih memahami materi sekaligus memahami kondisi lingkungan disekitar mereka. Pendekatan separated lebih fokus karena sesuai dengan materi yang dibahas semisal sejarah, ekonomi, geografi, maupun sosiologi. Tetapi dari segi waktu, pendekatan separated lebih memakan waktu karena harus menjelaskan secara detail materi yang ada.
Implementasi pendekatan baik secara integrated, correlated, dan juga separated ditujukan kepada peserta didik dan berada di tangan guru IPS sebagai pengajar. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru pada saat implementasi pendekatan pembelajaran IPS, diantaranya (1) kesiapan peserta didik yang terkadang belum siap menerima pembelajaran terutama setelah upacara dan olahraga, (2) kondisi kelas yang terkadang sulit dikendalikan dan diarahkan, (3) kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS belum optimal, (4) sarana penunjang yang masih kurang juga berpengaruh, (5) kegiatan selain mengajar IPS ikut menyumbang masih belum optimalnya pembelajaran IPS, (6) buku-buku penunjang yang masih terkotak-kotak membuat guru harus lebih berinovasi dan kreatif terutama dalam hal penyampaian materi dan pengemasan materi supaya menarik dan dapat dipahami peserta didik.
Input berisi mengenai guru dan siswa. Guru dalam hal menguasai pendekatan pembelajaran IPS dan kemampuan dalam menguasai materi. Strategi guru dalam penguasaan pendekatan pembelajaran IPS berguna pada saat implementasi pembelajaran IPS. Siswa berhubungan dengan kesiapan menerima pembelajaran dan memahami pembelajaran IPS. Minat peserta didik kepada pembelajaran IPS bisa dikatakan kurang bersemangat. Kemudian, waktu pelaksanaan pembelajaran IPS yang kurang tepat pada saat jam kedua setelah selesai upacara, setelah olahraga, dan pada siang hari setelah jam istirahat kedua. Metode ceramah yang selalu dianggap membosankan terutama oleh para peserta didik.
Proses terdiri dari implementasi pendekatan pembelajaran IPS yaitu mulai dari persiapan RPP, pemilihan dan penggunaan metode, penyiapan materi dan evaluasi pembelajaran. Terkait dengan pemilihan dan penggunaan metode yang terdapat di SMP 1 Gebog mayoritas menggunakan metode ceramah bervariasi, diskusi, inquiry, tanya jawab, dan pengamatan. Penggunaan media dilakukan apabila materi tersebut memerlukan media penunjang seperti peta. Apabila menggunakan bantuan media itupun sebagai variasi menggingat keterbatasan sarana dan prasara.
 Product berisikan kompetensi peserta didik. Peserta didik terbagi dalam 8 kelas di setiap tingkatan dan peserta didik yang memiliki kemampuan yang bagus dikumpulkan menjadi satu dan ditempatkan dikelas H. Sehingga masing-masing tingkatan ditempatkan di kelas 7H, 8H, dan 9H. Walaupun yang paling unggul adalah kelas H. Tetapi kelas-kelas yang lain juga mempunyai kemampuan yang baik dalam memahami pembelajaran IPS. Semua peserta didik diharapkan mampu memahami dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di lingkungan sekitar.
Pemahaman setiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari daya serap dan pemahaman yang mereka tangkap baik dari guru pada saat pembelajaran maupun dari sumber-sumber lain yang menunjang. Treatment-treatment yang diberikan guru IPS kepada peserta didik tergantung dari tingkat pemahaman tiap peserta didik itu sendiri. Jadi walaupun treatment yang diberikan guru sudah maksimal tetapi tingkat pemahaman peserta didik  tidak maksimal tentu hasil yang didapat tidak maksimal pula. Begitu pula dengan sebaliknya, sehingga antara guru dengan peserta didik harus bekerja sama dan saling melengkapi dalam pembelajaran IPS.
Kompetensi yang didapatkan oleh peserta didik di SMP 1 Gebog yakni peserta didik cenderung aktif. Komunikasi yang terjalin antara guru dengan peserta didik adalah komunikasi dua arah. Sehingga pemahaman peserta didik ke materi yang disampaikan oleh guru cukup baik. Memang peran guru dalam hal ini cukup besar untuk memicu para peserta didik untuk lebih aktif.
Penelitian Toi yang berjudul “Studi Empiris Pengaruh Desentralisasi Pendidikan Menengah Pertama Indonesia” mempunyai persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu hubungan antara lingkungan pendidikan dengan prestasi pendidikan sangat berkaitan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini dipengaruhi juga oleh kualitas guru, kaitannya mengenai tingkat pengetahuan yang dikuasai dan pengalaman yang dimiliki.
Tulisan yang sependapat dengan Toi adalah Smyth yang menjelaskan pendidikan di Irlandia yang menekankan pada kualitas, dimana semakin tinggi kualitas pembelajaran maka semakin tinggi pula kualitas peserta didik dan begitu pula sebaliknya. Tulisan Toi dan Smyth tentu sejalan dengan penelitian ini, dimana pembelajaran IPS yang diterima oleh peserta didik dipengaruhi oleh kondisi dan situasi lingkungan peserta didik dan pengemasan pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru IPS. Semua itu berpengaruh terhadap penyerapan materi IPS, terutama pada saat implementasi pembelajaran berlangsung.
Tulisan lain yaitu dari Liu, menjelaskan mengenai tradisi Cina yang memposisikan guru di posisi tertinggi dan guru merupakan gudang ilmu. Akibatnya peserta didik sangat menghormati guru, mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran, dan cenderung memiliki perilaku yang baik. Karakter peserta didik di Cina secara tidak langsung sudah terbentuk dari budaya yang ada. Memang karakter seperti ini mempermudah bagi guru untuk menyampaikan pembelajaran dan peserta didik pun lebih mudah menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Tetapi pada penelitian ini ditemukan perbedaan bahwa pemahaman peserta didik menerima materi yang dijelaskan oleh guru dipengaruhi oleh cara menyampaian, kondisi peserta didik, tingkat pemahaman peserta didik, pendekatan pembelajaran yang dipakai. Hal ini juga didukung dengan tulisan Lin yang menyatakan bahwa guru memerlukan panduan berupa ilmu keguruan. Fungsi dari panduan tersebut adalah menyediakan sumber-sumber pengajaran untuk membantu dan membimbing pemikiran guru. Adanya panduan atau pengarahan untuk guru supaya pelaksanaan pengajaran di kelas menjadi lebih inovatif. Otomatis pembelajaran yang dilaksanakan di kelas menjadi lebih bervariasi. Penggunaan ceramah sebagai metode penyampaian materi tidak lagi dianggap membosankan. Sehingga pada saat pembelajaran di kelas dapat menyampaikan materi dengan baik sehingga tujuan IPS dapat tercapai.
Pelatihan-pelatihan untuk guru sebenarnya sudah dicanangkan oleh UNESCO. Hal ini dapat kita ketahui dari penelitian Acedo. UNESCO sebagai organisasi internasional yang mendukung pendidikan terutama yang berkaitan guru sebagai pendidik dan juga pendidikan guru itu sendiri. Selain itu juga mendukung penyediaan bahan pelatihan di bidang pendidikan guru dan meningkatkan kualitas guru. Pelatihan guru IPS sangat dibutuhkan untuk memberikan penyegaran pola pengajaran guru. Sehingga sangat diperlukan pelatihan guru IPS secara rutin yang menyangkut metode, materi, dan evaluasi.
Penelitian dari Sutrisna yang menjelaskan mengenai kendala yang dihadapi para guru IPS dalam mengimplementasikan pendekatan terpadu kurang lebih sama dengan kendala yang dihadapi oleh guru IPS di SMP 1 Gebog yaitu pemahaman tentang pendekatan IPS masih kurang, guru IPS tidak memiliki pengetahuan ke-IPS-an secara menyeluruh karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan geografi, atau pendidikan sejarah, atau pendidikan ekonomi, dan bahan pelajaran yang masih belum maksimal karena mengandalkan buku paket.
Sebetulnya guru itu mempunyai peran yang cukup besar dalam ketercapaian tujuan pembelajaran. Mulai cara pengemasan materi, cara penyampaian materi, sampai cara guru membentuk karakter peserta didik harus tersusun secara baik. Penyampaian materi terutama materi IPS yang terkesan berupa hafalan dan membosankan merupakan tantangan bagi guru untuk mematahkan persepsi peserta didik yang seperti itu. Guru-guru IPS di SMP 1 Gebog mempunyai pengemasan materi yang berbeda-beda. Semua mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Respon peserta didik terdapat pengajaran yang dilakukan oleh guru IPS juga beragam. Ada yang menyukai, ada yang tidak, ada juga yang lebih mudah menyerap materi saat belajar sendiri, ada pula yang menyenangi materi IPS. Semua itu tergantung bagaimana pola pengajaran yang dilakukan oleh guru IPS.
Pendekatan pembelajaran IPS dipakai untuk mempermudah mengolah materi IPS dan membentuk karakter peserta didik. Sehingga peserta didik lebih mudah mengikuti dan memahami pembelajaran IPS, serta mampu menerapkannya dalam sikap dan perilaku di lingkungan sekitar. Peserta didik lebih dituntut untuk mencapai tujuan secara akademik berupa batas KKM. Ada guru IPS yang berpendapat bahwa kalau sudah mencapai batas KKM sudah cukup, tetapi ada pula guru yang menuntut peserta didik tidak hanya mencapai batas KKM tetapi juga pembentukan karakter juga diterapkan. Karakter yang diharapkan dan dapat diterapkan oleh peserta didik berupa disiplin, tanggung jawab, sopan, saling menghargai, berani, cinta tanah air. Pada akhirnya tujuan IPS secara knowledge dan value dapat tercapai.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) strategi pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru IPS di SMP 1 Gebog lebih kepada untuk tercapainya tujuan pembelajaran IPS, di mana antara satu guru IPS dengan guru IPS yang lain mempunyai strategi-strategi pembelajaran IPS yang berbeda-beda, (2) Guru IPS di SMP 1 Gebog mempergunakan pendekatan pembelajaran IPS yaitu integrated, correlated, dan juga separated, (3) Efektivitas yang didapat selama implementasi pendekatan pembelajaran IPS di SMP 1 Gebog sudah baik dengan hasil ulangan peserta didik diatas nilai KKM dan karakter siswa berupa disiplin, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, teliti, bekerja sama, santun, berani, kritis, cinta alam Indonesia, jujur, percaya diri, cermat. Saran yang dapat peneliti rekomendasikan adalah sebagai berikut (1) guru IPS memaksimalkan pembelajaran IPS kepada peserta didik terutama dalam hal penyampaian materi IPS, (2) kepala sekolah diharapkan mengoptimalkan pemberian arahan dan juga evaluasi kepada guru , (3) pemerintah daerah melalui dinas pendidikan perlu mengadakan program pelatihan guru IPS yang menyangkut pembelajaran IPS secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Metode Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka

Daljoeni, N. 1993. Dasar-dasar IPS. Bandung: Alumni

Liu, Enshan, Cheng Liu dan Jiang Wang. 2015. “Pre-servise Science Teacher Preparation in China: Challenges and Promises”. Science Teacher Education, 26:29-44 (diunduh tanggal 10 Juni 2015)

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nilam, Pam. 2003. ”Teachers’ Work and Schooling In Bali”. Internasional Review of Education, 49(6):593-584 (diunduh tanggal 10 Juni 2015)

Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pramono, Suwito Eko. 2013. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: Widya Karya

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Smyth, Emer dan Joanne Banks. 2012. “High Stakes Testing and Student Perspectives on Teaching and Learning in the Republic of Ireland. Education Asse Eval Acc 24:283-306 (diunduh tanggal 10 Juni 2015)

Stufflebeam, Daniel L. 1983. Evaluation Models (Evaluasion in education and human services). USA: Kluwer-Nijhoff Publishing

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sutrisna, Edy dan Wasino. 2010. “Pembelajaran IPS dalam Realita di Era KTSP: Studi Eksplorasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS pada SMP di Kabupaten Pati”. Paramita Vol. 20, No. 2 – Juli 2010, Hlm. 178-189 (diunduh tanggal 5 Desember 2015)
Toi, Atsuko. 2010. ”An Empirical Study of The Effects of Desentralization in Indonesia Junior Secondary Education. Springer Science and Business (diunduh tanggal 10 Juni 2015)

Utomo, Ery, MinHo Yeom dan Clementina Acedo. 2002. “The Reform of Secondary Education in Indonesia During The 1990s: Basic Education Expansion and Quality Improvement Through Curriculum Decentralization”. Asia Pasific Education Review, 3(1):56-68 (diunduh tanggal 10 Juni 2015)

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH DAN PETA KONSEP

Rumah Adat Kudus Bagian I

ORDE BARU