Rumah Adat Kudus Bagian II
RUMAH
ADAT KUDUS
BAGIAN
II
I.
TATA RUANG
Bangunan pokok rumah adat Kudus berbentuk joglo, atap berbentuk pencu dengan tritisan bagian depan dan belakang. Pusat pencu merupakan puncak dari gedongan yang merupakan bagian sakral dari rumah adat Kudus. Ruangan dari rumah adat Kudus terdiri dari jogo satru, gedongan ,dan pawon. Bangunan tambahan berupa sumur dan kamar mandi atau pekiwan yang terletak di depan rumah. Antara rumah induk dengan pekiwan terdapat ruang kosong yang digunakan sebagai jalan umum antara rumah.
Tata ruang rumah adat Kudus terdiri dari:
1). Jogo Satru
(Gambar: Ruang Jogo Satru, Rumah Adat Kudus di Museum Kretek)
Ruangan Jogo Satru merupakan ruangan terdepan, berfungsi sebagai ruang penerima tamu dan
sebagai ruang untuk pelayanan publik. Pada bagian depan terdapat dua macam
pintu yaitu pintu inep dan pintu sorong.
Pintu inep adalah pintu utama
terbuat dari kayu jati. Sedang pintu sorong terdiri dari dua pintu dengan
bagian luar lebih pendek berupa panil kisi yang disebut pintu kere. Pintu Kere menggunakan system geser.
(Gambar: Pintu Kere, Rumah Adat Kudus, Museum Kretek)
Motif
Cincin yang terdapat pada pintu kere
melambangkan simbol laki-laki, yang berarti mahar yang diberikan pihak
laki-laki kepada pihak perempuan. Motif cincin ini berkaitan dengan soko geder. Soko Geder sendiri apabila berada disebelah kanan berarti mahar
yang diberikan pihak pria kepada pihak wanita. Sedang apabila soko geder berada disebelah kiri,
berarti mahar yang diberikan oleh pihak wanita. Dan motif dipintu kere tidak motif cincin melainkan
roncean bunga melati (rangkaian bunga melati).
(Gambar: Roncean Bungan Melati)
(Gambar: Soko Geder)
Ruang jogo satru terdapat satu tiang. Tiang tersebut terletak di depan
pintu ruang tengah agak menyamping. Tiang itu berfungsi sebagai tiang penyangga
atau sanggah atau tiang keseimbangan. Tiang ini disebut soko geder.
Ruang jogo satru dibatasi
oleh panil kayu yang biasa disebut gebyog
dan beberapa pintu penghubung ke ruang yang lain. Gebyog sebagai pembatas di hiasi dengan ornamen ukiran dengan motif
flora. Kekayaan ornamen menunjukan status sosial pemilik rumah. Ditengah-tengah
gebyog terdapat pintu yang dapat
dibuka. Selain itu terdapat jendela kecil yang pada jaman dahulu dipergunakan
sebagai tempat mengintip keluar para gadis yang sedang dipingit dan hanya boleh
keluar pada acara dandangan yang diadakan sebelum bulan Ramadhan.
2). Gedongan
Gedongan merupakan bagian dari Griyo njero atau ruang dalam. Selain Gedongan, di dalam griyo njero terdapat pula sentongan. Griyo njero terdapat dibelakang ruang jogo satru. Diruang dalam atau griyo njero mempunyai lantai lebih tinggi dari pada bagian jogo satru sehingga membutuhkan tangga. Tangga disini berbentuk bangku berukir disebut ancik-ancik , yang terdiri dari satu atau dua tingkat tergantung dari ketinggian lantai.
Gedongan merupakan bagian dari Griyo njero atau ruang dalam. Selain Gedongan, di dalam griyo njero terdapat pula sentongan. Griyo njero terdapat dibelakang ruang jogo satru. Diruang dalam atau griyo njero mempunyai lantai lebih tinggi dari pada bagian jogo satru sehingga membutuhkan tangga. Tangga disini berbentuk bangku berukir disebut ancik-ancik , yang terdiri dari satu atau dua tingkat tergantung dari ketinggian lantai.
Gambar : Ancik – Ancik
Ancik-ancik merupakan tangga yang menghubungkan antara ruang Jogo Satru dengan ruang Gedongan.
Ancik-ancik sendiri terbuat dari kayu
dengan ornament ukiran bergaya Cina.
Ruang Gedongan adalah bagian
utama dari rumah adat Kudus. Gedongan
berupa ruang kecil yang dibatasi panil kayu berukir, ukiran pada ruang gedongan
terkadang dihiasi dengan lempengan logam kuningan atau diberi warna emas yang
memperindah bentuk ukiran. Gedongan
terletak lurus dengan pintu masuk sehingga tampak dari luar apabila pintu gebyog terbuka. Gedongan berfungsi sebagai tempat tidur utama, untuk menyimpan
harta dan sebagai pelaminan. Tidak semua orang diperbolehkan memasuki ruang gedongan. Hal ini dikarenakan gedongan sebagai ruang yang sakral dan
terhormat. Maka biasanya sebagai ruang tidur anak di depan gedongan yang diberi bale-bale
atau amben yang berfungsi sebagai
tempat tidur anak-anak. Sedangkan tempat penyimpanan pakaian seluruh keluarga
terdapat kotak kayu yang disebut grobog.
1) Pawon
Bagian kiri dari griyo njero
terdapat pintu yang menghubungkan dengan ruang pawon. Pawon terdapat dua
macam yaitu pawon alit dan pawon ageng. Pawon alit berfungsi sebagai dapur, sedangkan pawon ageng berfungsi sebagai ruang keluarga.
1) Sumur dan Kamar Mandi (Pekiwan)
Sumur dan kamar mandi terletak di depan rumah. Kamar mandi dengan
dinding terbuka sehingga orang lain dapat membersihkan di tempat tersebut.
Secara filosofi, sumur dan perlengkapannya di buat di depan rumah karena setiap
orang sebelum masuk rumah harus dalam keadaan bersih dengan membersihkan diri
di sumur sehingga sumur di buat di depan rumah.
Gambar : Pekiwan dan Sumur
(Sumber : Triyanto, 2001: 219)
Pada masyarakat Jawa terdapat aturan dalam membuat sumur agar
memperoleh nilai kebaikan atau keselamatan. Menghitung letak sumur yang baik
dapat dilakukan dengan cara mengukur dari tengah atau pusat jogan atau jrambah rumah sampai dengan tempat sumur yang akan digali dengan
menggunakan ukuran dhepa (sepanjang
trentangan kedua tangan). Hidung berapa dhepa
jarak di antara keduanya.
Menurut
Soemodidjojo (1990:143), terdapat ketentuan dalam mengetahui baik buruknya
sumur yaitu:
1) Apabila jumlah hitungannya 1 dhepa berarti jatuh pada sri, yang berarti sering diangsu (ditimba) oleh orang.
2) Apabila jumlah hitungannya 2 dhepa berarti jatuh pada donya, yang berarti sering kehilangan.
3) Apabila jumlah hitungannya 3 dhepa berarti jatuh pada arta, yang berarti air sumur sering asat (kering).
4) Apabila jumlah hitungannya 4 dhepa berarti jatuh pada suwarga, yang berarti baik.
5) Apabila jumlah hitungannya 5 dhepa berarti jatuh pada neraka, yang
berarti sering kejatuhan orang.
6) Apabila jumlah hitungannya 6, 7, 8, dst.
Ketentuan kembali seperti semula.
1.
RAGAM MOTIF
Bangunan
Rumah Adat Kudus mempunyai berbagai macam ornament, diantaranya:
1) Motif Eropa, berupa motif crown (mahkota).
2) Motif Cina, berupa motif naga dan bunga
makara.
3) Motif Persia atau Islam, berupa motif bunga.
4) Motif Kudusan, berupa motif stilasi
tanaman.
1.
FUNGSI DAN MAKNA
Rumah Adat Kudus tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya
tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna
filosofis yang berbeda-beda:
1) Bentuk dan motif ukurannya mengikuti pola (sejenis
binatang laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati,
motif ular, buah nanas (sarang lebah), motif burung, dll.
1) Tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru ruang tamu dengan soko geder tiang tunggal sebagai symbol
bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal. Bagian ini berfungsi sebagai pengingat
bagi penghuni rumah agar senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya.
2) Gedongan
senthong/ruang
keluarga yang ditopang empat buah soko
guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi
petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari
dengan mengendalikan empat sifat manusia: amarah (dorongan untuk melakukan
kemaksiatan), lawwamah (dorongan mengkoreksi diri sendiri), shofiyah
(kelembutan hati), mutmainnah (dorongan untuk berbuat kebajikan).
3) Pawon/dapur di bagian paling belakang
bangunan rumah.
4) Pekiwan
(kamar mandi) sebagai simbol agar
manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
5) Tanaman di sekeliling pekiwan, antara lain: pohon belimbing,
yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang
harum/halal dan baik; bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang
baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian.
Tatacara perawatan yang dilakukan Rumah Adat Kudus juga
merupakan kekhasan tersendiri yang mungkin tidak bisa dijumpai di tempat-tempat
lain. Jenis bahan dasar yang digunakan untuk merawat Rumah Adat Kudus adalah
ramuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara
turun-temurun, yaitu ramuan APT (Air pelepah pohon Pisang dan Tembakau) dan ARC
(Air Rendaman Cengkeh). Dengan mengoleskannya secara berulang-ulang, ramuan ini
terbukti efektif mampu mengawetkan kayu jati, sebagai bahan dasar Rumah Adat
Kudus dari serangan rayap dan juga membuat permukaan kayu menjadi lebih bersih
dan mengkilap.
Fungsi dari Rumah Adat Kudus:
1) Sebagai tempat tinggal.
2) Pada waktu tertentu dipergunakan sebagai
tempat ibadah dengan memanfaatkan ruang jogo satru, sebagai tempat umat jamaat
atau saf. Untuk membedakan jamaat pria
dan wanita, dipasang tabir yang terbuat dari kain.
3) Selain ruang jogo satru, ruang gedongan
dimanfaatkan sebagai tempat imam, khotib memimpin jamaat, tempat pelaminan,
tempat menyimpan kekayaan.
4) Pawon dipergunakan sebagai lumbung (tempat
menyimpan hasil bumi), ruang makan, ruang keluarga.
1.
NILAI YANG TERKANDUNG
Berbagai rumah adat mengenal pembagian-pembagian ruang. Perbedaan
nilai ruang dinyatakan dengan perbedaan tinggi permukaan lantai.
1) Muka lantai pertama, terletak dibagian depan.
Diperuntukan untuk orang-orang biasa atau masyarakat umum (nilai provan).
2) Muka lantai kedua, diperuntukan untuk golongan
bangsawan (nilai sakral).
Ruang
pada bangunan Rumah Adat Kudus terdiri dari:
1) Jogo Satru
Jogo
Satru merupakan ruang paling depan, biasa dipergunakan sebagai ruang tamu.
Ruang ini bersifat pelayanan keluar (publik).
2) Pawon
Pawon
terletak dibagian samping kiri atau kanan atau dibagian belakang. Pawon
dipergunakan sebagai ruang untuk kegiatan keluarga.
3) Gedongan
Gedongan
merupakan ruang utama dari bangunan Rumah Adat Kudus. Ruangan ini dipergunakan
sebagai tempat untuk menyimpan harta kekayaan.
1.
HUBUNGAN ANTARA LOCAL GENIUS DENGAN RUMAH ADAT KUDUS
Local
genius diartikan sebagai kecerdasan orang-orang setempat untuk memanipulasi
pengaruh budaya luar dan budaya yang telah ada menjadi wujud baru yang lebih
indah, yang lebih baik serta serasi sesuai selera setempat dan sekaligus
merupakan bentuk spesifik atau jati diri daerah itu sendiri. Local genius dapat
berupa hasil karya cipta unik yang berwujud fisik, seperti penataan kawasan,
arsitektur, peralatan penunjang hidup, dll.
Rumah
Adat Kudus merupakan hasil karya atau local genius dari masyarakat Kudus itu
sendiri. Ornamen-ornamen yang terdapat pada Rumah adat kudus sangat kaya dengan
seni yang tidah hanya indah dipandang tetapi juga mengandung nilai dan makna
yang sangat dalam. Yaitu sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung pada
masyarakat Kudus pada waktu itu. Nilai-nilai yang terdapat dalam rumah adat
Kudus terdiri dari nilai secara agama yakni agama Islam, nilai sakral, nilai
provan, nilai adat dan budaya.
Daftar Pustaka
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa
Tengah, Laporan Inventarisasi Rumah Adat Kudus Kabupaten Kudus, 2003
Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Tengah Dinas Pekerjaan Umum. 1986. Data
Arsitektur Tradisional Kudus. Semarang: PT. Wastuwidyawan
Salam, Solichin. 1977. Kudus Purbakala dalam
Perjoangan Islam. Kudus:Menara
Triyanto.2001. Makna Ruang &Penataannya
dalam Arsitektur Rumah Kudus. Semarang: Kelompok Studi Mekar
Comments
Post a Comment